Pembahasan mengenai kritik arsitektur Teater Jakarta untuk metoda kedua
ini adalah dengan pendekatan kritik normatif berdasarkan metoda tipikal. Metoda
tipikal adalah suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk
satu kategori bangunan spesifik.
Teater Jakarta berlokasi di Pusat Kesenian Jakarta
Taman Ismail Marzuki, tepatnya di Jalan Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat.
Merupakan teater besar yang mempertunjukan berbagai pertunjukan seni serta
galeri seni. Teater Jakarta mampu menampung 1200 orang dengan total luas lantai
adalah 40.108m2 dari luas lahan 14.732m2 dan dilengkapi dengan fasilitas fly
tower dengan ketinggian sama dengan panggung, yang memungkinkan para kru
panggung mengganti latar belakang pertunjukan secara vertikal.
Pengembangan PKJ TIM itu kemudian mewujud dengan selesainya
rencana induk terperinci (masterplan) oleh tim arsitek Atelier 6 pada 1995 atas
dukungan penuh Gubernur Kepala DKI Jakarta kala itu, yaitu Surjadi Soedirdja.
Rancangan ini kemudian ditindaklanjuti pada 1996 dengan pemancangan pertama
Gedung Teater Besar sebagai realisasi masterplan di bidang fisik. Gedung
setinggi 5 lantai ini selesai dibangun tahun 2006, yang artinya membutuhkan
tempo 10 tahun untuk menyelesaikannya. Hal tersebut disebabkan
pembangunannya sempat terhenti selama 3 tahun, yaitu di tahun 1998, 1999, dan
tahun 2005.
Gedung yang diklaim sebagai gedung berskala internasional
ini memiliki sebuah ruang inti yang bernama Teater Lirik dengan kapasitas duduk
1.200 penonton dengan panggung proscenium, rear stage, side stage, fly tower,
dan orchestra pit. Adapun Teater Studio yang berukuran lebih kecil, yaitu 250
tempat duduk, difungsikan sebagai ruang latihan dan pertunjukan skala kecil.
Meskipun kecil, dalam ruang ini dapat diwujudkan 4 alternatif penataan
panggung.
Selain dua ruang utama di atas, terdapat ruang-ruang
pendukung lain yang menjadikan gedung ini cukup matang disebut sebagai sebuah
gedung teater, yakni ruang pameran, studio tari, ruang ganti pemain, gudang properti,
kantor pengelola, dan orchestra shell.
Saat ini, setelah hampir genap 6 tahun gedung ini
beroperasi, setelah banyak pertunjukan dan ajang yang terwadahi dalam gedung
tersebut, beberapa peristiwa, tantangan, dan kendala banyak terjadi
menyertainya.
Furniture untuk kursi teater dari Ferco dan Archigrama.
Finishing lobby menggunakan marmer Amarillo Triatna, Nero Marquina, Rosso
Alicante, White Carara; karpet teater dari Patcraft; panggung, parket ruang
latihan dan orchestra pitt oleh Daru-Daru; dance floor Harlequin Reversible;
toilet dan daerah servis menggunakan homogenous tile dan keramik dari Essenza.
Lantai plaza menggunakan batu andesit.
|
Material dan Lobby Teater Jakarta |
Dinding lobi menggunakan marmer Nero Asoluto, Trespa Virtuon
warna Copper Yellow, Armourcoat tipe Travertine warna hijau, dan Topakustik
tipe plank 28/4 M warna beech. Elemen estetis kayu pada teater studio karya
Rita Widagdo.
Plafon pada kantor menggunakan gypsum Knauf. Dinding kaca
Asahimas clear dan Panasap hijau. Spider glass menggunakan Sistem Irish dari
Fev Italia. Komposit alumunium dari Alpolic warna champagne metallic. Alumunium
frame dari YKK AP. Pintu frameless fitting dari Dorma. Bungkus kolom beton
precast oleh Dusaspun. Atap TECU Patina dan TECU Zinn dari KME Jerman. Cat
rangka baja oleh Jotun.
|
Detail Material Teater Jakarta |
Fixed dan fitting secara keseluruhan menggunakan saniter
TOTO. Elevator dan eskalator dari Sigma Elevator. Bangunan menggunakan genset
FG Wilson, chiller Mc Quay, dan sound system TOA Galva.
Sumber :
https://www.behance.net/gallery/5762271/Teater-Jakarta
http://www.tamanismailmarzuki.co.id
https://id.foursquare.com/v/teater-jakarta-teater-besar/4cc50210dba3ef3bfbde0705/photos
http://www.jakarta-tourism.go.id/node/490?language=id
http://www.indesignindonesia.com/read-news-3-0-113-performing-ark.indesign.indonesia.magz